Cinta
DIA ADALAH FAJAR KU
DIA ADALAH FAJARKU
UNTUK
SEKARANG DAN ESOK-ESOK YANG AKAN DATANG
Esok selalu kembali tanpa pamrih,mentari samar-samar
mengintip dari balik hordeng jendela kamarku.
Fajar sudah usai beberapa menit yang lalu,subuh sudah
kutunaikan dengan doa juga harap.Namun kantuk kembali menyergapku.malas rasanya
beranjak dari ranjang, jika
saja tak kuingat suara manja nya.suara yang meski menyebalkan dan
membuatku risih namun berhasil membuatku rindu.adalah dia Fajarku, perempuanku
yang kukenal sejak kelas sebelas lalu.
Aku sudah rapi mengenakan seragam putih abu seperti
biasanya, sayang. Jam sudah menunjukan pukul 07.30 wib. Otomatis upacara sudah
dimulai sejak 30 menit lalu. Dari pada
berurusan dengan osis mending nongkrong
di warung biasa.
Kulajukan motor perlahan, sambil menikmati pagi yang tak
begitu cerah. Sang surya rupanya tidak sedang ingin berbagi hangatnya cahaya.
Aku berhenti di depan
warung Bi Sal yang sudah dipenuhi motor-motor anak sekolah.sepi .
Bi sal menyambutku
seperti biasa, beliau mengambilkanku sebatang rokok yang aku minta.Lalu perlahan kunikmati
buaiannya sampai habis tak terasa.
Beliau menyuruhku masuk ke sekolah, aku menurut dan bangkit
dari dudukku.
Upacara sudah usai rupanya,aku tak langsung menemuinya sebab
kuyakin sudah ada guru yang masuk.Begitu juga dengan kelasku. Aku biarkan
pelajaran mengalir begitu saja seiring bu Widya guru produktif memanggilku
untuk keluar mencuci muka. Aku terlelap begitu saja.
Kulihat dia sedang duduk sendiri didepan kelas,fajarku
sumber segala rindu juga semangatku.
Kusapa dia seperti biasa,lantas dia tersenyum dan langsung
menyerbuku dengan segala tanya.
Pertanyaan sepele yang bagiku biasa saja,fajarku adalah
wanita paling cerewet kedua di dunia setelah ibuku. Dia bisa banyak bercerita
apabila moodnya sedang baik,dia juga bisa berubah menjadi monster tatkala aku melakukan kesalahan yang aku
sendiri kadang tidak tau apa itu kesalahanku.
***
Waktuku di sekolah tak banyak,itu berarti waktu bertemu
dengannya juga sama.sebab setelah sekolah ia harus kembali ketempatnya. Yaitu
Asrama/pondok pesantren.Tempat dimana orang-orang dari berbagai
daerah berkumpul,mencari ilmu juga mencari pengalaman.
Meski begitu,tak mambuatku ingin berlalu meninggalkannya
lantaran tak selalu menikmati waktu berdua.Karena aku mempunyai duniaku diapun
begitu.kesibukan masing-masing tak selalu menjadi persoalan.terkadang 30 menit
waktu di sekolah , saat istirahat. Tak membuat kami cukup untuk sekedar
bercengkrama, berbagi tawa juga berkeluh kesah tentang hidup yang bagiku sudah
diatur sedemikian rupa.
Aku menghabiskan malam dengan hobiku,game adalah separuh
hidupku.Aku kuat menahan kantuku demi game kesayanganku.padahal jika esok tiba sering aku ketiduran tanpa
bisa kutahan.
Fajarku selalu bawel merecokiku jangan tidur malam,jangan
begadang hanya untuk bermain game, biar bagaimanapun aku tak suka
dikekang.meski benar begitu adanya.tapi
aku sering mengabaikan ucapannya.Lalu dia bungkam tanpa kata jika aku
sudah membentaknya.
***
Selalu menjadi rutinitasku berkunjung ke Bi sal sebelum
pergi ke sekolah, bertemu teman-teman lama juga menikmati pagi dengan hingar
bingarnya yang mulai menyapa. Aku kembali menghisap nikotin yang sudah lama ini
menjadi teman setiaku, kapanpun. Saat aku gundah,saat fikiran tak lagi bisa
diajak bekerja sama, saat terkadang Fajarku tak bersahaja. Mengiring esok
dengan sinarnya. Rokok tak hanya menjadi bahan pelarian, terkadang juga sumber
ketenangan.
Aku melihat nya dengan tanpa senyuman, sepagi ini wajahya
sudah muram tak bersahabat.
Padahal baru saja ingin aku menyapanya, tapi dia berlalu
begitu saja, pergi memasuki kelasnya.
Pasti banyak yang sedang dia fikirkan, biasanya dia memang seperti
itu,keceriaannya bisa hilang dengan sekejap apabila sedang dirundung masalah.
Dan satu lagi, dia tidak akan bisa melihatku tanpa kacamatanya.
Pelajaran pertama dimulai,tapi tak ada tanda-tanda kedatangan
pak Qosim. Guru PAI wali kelasku.
Biasanya beliau rajin sekali datang, setelah apel beliau
pasti langsung masuk dan memberikan materi. Tapi sekarang, seisi kelas gaduh.
Ribut tak beraturan. Ada yang keluar kelas,ini-itu dan terserah mereka. Aku memilih
tidur,kantukku sudah tak bisa kutahan. Lumayan dua jam pelajaran.
Karena malam tadi kuhabiskan untuk bermain game dengan Ilham
karibku.
“Mi,bangun mi” ucapnya seraya mengguncang badanku
“ehmmm”
“keluar yuk,aku mau cerita mi”
“apa sih?!” ucapku tak sadar jika yang membangunkanku adalah
fajar
“ah Fahmi,ayolah keluar!”
“eh,i-iya ayo” aku bangkit dan ditarik paksa keluar olehnya
Kami duduk diberanda kelas, dia sudah tak seperti tadi
pagi,wajahnya sedikit senyum meski kadang cemberut membuatku tak mengerti. Dia
bercerita panjang lebar, sambil sesekali melihat mereka yang sedang bermain
bola di lapangan,memperhatikan awan yang berarak dengan birunya langit sebagai
pelengkap. Wajahnya mulai berkaca-kaca. Aku mengerti maksud pembicaraannya.Tapi
mau bagaimanapun, waktu tak bisa ku atur sedemikian rupa seperti apa yang
kuminta. Air matanya sudah jatuh dipelupuk, Menderas dan perlahan dia usap
sendiri dengan punggung tangannya. Sejujurnya hatiku pilu,saat dia merengek
memintaku untuk terus bersamanya. Akupun sama,ingin terus bersamanya.
Melewati Jingga yang dia suka,merajut
mimpi bersama dan melewati waktu berdua.Tapi
akhir kelas tiga adalah waktu dimana tak bisa lagi ku pusatkan fokusku
dengannya.
Aku menguatkannya,meyakinkannya bahwa jika nanti sekalipun
jarak memisahkan. Sejauh apapun kita berada nantinya. Kita akan tetap bisa
bersama, tetap berbagi cerita juga tawa dan keluh kesah kita. Aku tidak ingin
berjanji,sebab sudah sering kali janjiku sendiri aku ingkari. Entah sudah
berapa kali aku mengecewakannya, membuatnya menangis oleh sebab ulah bodohku.
Aku hanya ingin menguatkan hatiku sendiri,berjanji pada diri
sendiri bahwa jika dia adalah jalan pulang dari segala tujuku.
***
Aku dan Fajarku,mulai disibukan oleh berbagai macam ujian,
setelah pengayaan selesai minggu lalu, kini Aku dan dia disibukan dengan ujian
praktik, berlanjut ujian sekolah dan terakhir UNBK.
Kami sering bersama karena memang waktu sedang berpihak, mungkin
semesta tau waktu kita untuk bersama tak lagi banyak. Kami seruangan dan kami
saling menyemangati satu sama lain.
Dia memang ceria seperti biasanya, meski kadang sesekali
kulihat dia sedang melamun. Entah memikirkan apa. Tapi dugaanku tak jauh
perihal perpisahan.
Dia Fajarku,tempat segala rinduku tercurah,membuat esokku
kembali tak menyerah.
Dia Fajarku, esok-esok yang akan datang dia akan tetap
menjadi Fajarku,tempat rinduku berpulang.Aku tidak takut untuk berpisah sebab
sudah Tuhan garis takdirkan kebersamaan kita.
Meski tidak, dia akan tetap menjadi Fajarku, fajar yang
senantiasa megajarkanku bahwa esok harus
tetap melangkah, meski tanpa arah,Tuhan tidak akan salah memberi jalan yang ada.
No comments